20120806

(Fanfic) A Time When You've Gone


Title    : A Time When You’ve Gone
Author: theazuresnow
Rating : PG-15
Genre : Angst, Romance
Length: Drabble
Cast    : Hero Jaejoong





Butir-butir salju itu jatuh, bergulir indah dari langit. Mereka kini membentuk hamparan putih dimana-mana, di halaman, di atap rumah, di dahan, dan bahkan di bingkai luar jendela kamarku. Ketika tadi aku memandang ke luar, warna putih hamparan itu ternyata hampir menyamai warna putih langit. Begitu bersih. Rasanya seperti tidak ada batas di antara mereka. Ya, tidak ada batas…

Salju di luar sana sangatlah indah. Mereka berkilauan karena memantulkan sinar matahari pagi, berkilau-kilau bagai kristal-kristal kecil yang menyebar. Tapi keindahan itu sama sekali tidak menyentuh hatiku, tidak membuatku tertarik sama sekali untuk keluar dari kamar, meskipun sebenarnya aku merasa sangat bosan. Aku takut. Aku takut menghadapi cerahnya hari serta dinginnya udara. Hatiku terlalu hampa untuk menghadapi hari yang begitu indah ini.



Jaejoong-ah…
Kau benar. Andai Tuhan memberimu pilihan, mungkin semua ini tidak akan terjadi. Namun sayangnya, tidak ada pilihan baik bagimu maupun bagiku, selain hanya mengikuti permainan takdir. Kadang terpikir olehku, andai saja hari itu tidak ada, pasti sekarang kita masih baik-baik saja. Andai saja aku tahu alasanmu lebih cepat, pasti aku tidak akan sesedih ini. Pasti aku bisa lebih mempersiapkan hatiku untuk menerimanya. Ah, rasanya aku ini terlalu banyak berandai-andai ya, Jaejoong. Kau tahu? Sebenarnya aku ingin sekali berhenti memikirkan hal ini. Semua ini hanya membuatku merasa putus asa. Tapi aku benar-benar tidak bisa berhenti untuk memikirkannya.

Setiap malam, ketika semua suara telah terdiam dan lenyap dari muka bumi, ketika semua orang telah terlelap dalam mimpi mereka masing-masing, aku selalu terbangun. Aku merasakan rindu yang sangat dalam kepadamu, rindu yang terlalu dalam menyakiti hatiku. Kadang tanpa sadar, aku dituntunnya untuk meleponmu, sekedar untuk mendengar suaramu sekali lagi. Namun setiap kali ponsel sudah dalam genggamanku, tiba-tiba saja aku tertawa pahit menyadari kebodohanku itu. Hahaha, aku bodoh sekali ya? Meneleponmu? Aku benar-benar bodoh, bodoh sekali…sampai rasanya ingin menangis.

Jaejoong-ah…
Andai kau tidak pernah berkata seperti itu, pasti sekarang aku sudah pergi menyusulmu ke sana, kemudian bertemu dan memelukmu erat. Tapi kata-katamu benar-benar menahanku di sini, di tempat ini. Kadang aku merasa terjebak, tertinggal sendirian di tempat ini olehmu. Namun aku sadar, kata-katamu itu benar. Aku punya kehidupan sendiri di sini, dan aku juga punya tanggung jawab atas sebuah semangat yang masih harus kupegang. Kau tahu? Ini berat sekali, seperti sebuah beban untuk jiwaku yang lemah.

Jangan tertawakan aku lagi ketika aku menangis karena tidak kuat menahan perasaanku sendiri. Air mataku hari ini adalah karena aku benar-benar merindukanmu…

_____End_____

No comments:

Post a Comment