20120806

(Fanfic) Boy x Boy


Title: Boy x Boy
Author: azureicesky
Casts: Yunho x Jaejoong
Length: Oneshot
Rating: PG-13





Boy 1
          Pemuda itu berlarian menyusuri koridor kelas, berlomba dengan guru piket yang hampir dipastikan akan menghajarnya habis-habisan kalau sampai tertangkap.  Ia pemuda pemberontak, yang hampir terjebak dalam rutinitas konstan remaja seusianya—berangkat sekolah, belajar, pulang—kecuali karena ia suka membolos. Dalam dua atau tiga hari sekali ia akan meninggalkan kelas, lalu berlarian menyusuri koridor sambil menggendong tas punggungnya. Di ujung koridor sana, sekumpulan siswa-siswa kelas sebelah akan melempar tawa padanya ketika ia lewat. Mereka akan berseru dengan nada mengejek.

“Hei, cantik!”.

 “Kim Jaejoong, hati-hati. Nanti pak guru piket bisa jatuh cinta padamu”.

        Dan Jaejoong hanya akan melewati mereka sambil mengacungkan jari tengah. Mereka brengsek, dan Jaejoong tak punya cukup waktu untuk meladeni bocah-bocah brengsek itu. Yang ia inginkan saat ini hanya bertemu gadis-gadis sekolah sebelah dan bersenang-senang dengan mereka.




Boy2
         Di kelas lain, seorang pemuda berusia 17 tahun menjalani hari-harinya sebagai siswa tanpa protes. Ia ketua kelas, dan tahu benar bagaimana mengatur kelas itu untuk menjadi juara teladan setiap tahunnya. Ia bergelimang kehormatan, serta selalu mendapat tempat teratas dalam penilaian para guru. Teman-temannya yang beretnis China akan memanggilnya ‘duizhang Yunho’, yang berarti Pemimpin Yunho.



Boy1
        “Berikan uangmu!!”, sekumpulan anak muda tiba-tiba mengerubunginya ketika ia baru saja pulang dari bersenang-senang dengan ‘boneka-boneka cantik koleksinya’.

         “Jangan main-main denganku!”, ia mencoba memberanikan diri, dan akhirnya ucapan itu hanya mengundang hujan tinju dan tendangan yang melukai sekujur tubuhnya. Gerombolan geng itu tidak suka main-main, apalagi dengan anak ingusan yang tampaknya hanya mengandalkan harta orang tua.  Jadi beginilah ia sekarang. Terkapar, dengan luka sobek di ujung bibir yang perihnya menyala. Hampir pingsan, ketika harapan akan kedatangan seorang pahlawan akhirnya menolongnya.



Boy2
          Dianggap sebagai yang terbaik tak lantas membuatnya merasa baik. Yunho juga anak remaja biasa, yang terkadang merasa berat akan tanggungjawabnya. Hari itu, sepulang sekolah, ia memutuskan untuk jalan-jalan dulu. Kepalanya terasa berat. Ia butuh udara segar sebelum kembali berkutat dengan tugas-tugasnya di rumah.

         Dan di sanalah ia melihat pemuda itu terkapar. Mengenakan seragam yang sama dengannya. Dikelilingi siswa-siswa nakal tak ubahnya preman-preman kasar. Yunho pun segera berlari menyelamatkan si pemuda yang terkapar. Tak banyak yang tahu bahwa pemuda berkacamata itu dulunya pernah menjadi juara turnamen jiujitsu.



Boy x Boy

         “Apa yang sedang kau pikirkan?”.

          Jaejoong terus menatap jauh ke depan. “Aku ingin tahu siapa di antara kita yang akan mencapai gerbang itu lebih dulu”, ucapnya, merujuk pada gerbang sekolah yang berdiri kokoh di seberang halaman.

         Yunho menyeringai. “Kau mau lomba lari denganku?”.
Jaejoong menoleh, menatap Yunho dengan tatapan yang tak biasa. “Aku mau bertaruh denganmu”. Hatinya berdebar, tak tahu apakah ini cara yang pantas untuk mengungkapkan perasaannya. Yang ia tahu, ia tak ingin memendamnya lebih lama lagi.

         “Baiklah. Apa taruhanmu?”.

          Jaejoong mengambil nafas dalam-dalam. Lidahnya kelu, namun ia tak bisa berhenti sampai di sini. “Kalau aku menang, kau harus jadi pacarku”, ia memejamkan mata erat-erat. Ini sebuah pengakuan, dan ia berharap Yunho tak akan mencacinya karena ini. Setelah berminggu-minggu waktu yang mereka tandai sebagai persahabatan, Jaejoong dapat memastikan bahwa perasaannya berkembang lebih dari itu.

          Di sisi lain, Yunho tak terkejut akan pengakuan tersirat Jaejoong. Jauh sebelum hari ini, ia sudah memperhatikan pemuda itu. Ia tak pernah absen memperhatikan ketika Jaejoong lewat di depan kelasnya, berlarian, lalu diikuti teriakan caci maki guru piket di belakangnya. Itu lucu. Dan ketika  mereka pada akhirnya punya kesempatan untuk bertukar kata, perasaannya pun tumbuh menjadi lebih dari yang ia duga.

         “Taruhan yang mengerikan, tapi aku setuju. Tapi kalau aku menang, kau harus jadi ketua OSIS untuk periode selanjutnya”, Yunho terkekeh. Ia tahu, seorang Jaejoong tak kan mungkin bisa memenuhinya.

         “Itu lebih mengerikan”, sahut Jaejoong, lalu mengulurkan tangannya. “Aku sepakat”.

          Mereka segera berjongkok, memposisikan tubuh mereka sebaik mungkin untuk start lomba lari. Hari sudah semakin senja, dan segala yang ada di sana kini berwarna oranye kemerahan.

        “TIGA... DUA... SATU!!”.

         Dua pasang kaki itu berderap sangat cepat, mengalahkan angin dan waktu, menciptakan kabut debu tebal di belakang sana. Jaejoong mengerahkan seluruh tenaganya. Ia meminta, memohon agar takdir tak menolak permohonannya. Ia telah mengorbankan garis normal kehidupannya, dan tak ingin semua itu berlalu sia-sia hanya karena otot-otot kakinya tak bekerja maksimal. Ia terus berlari, memaku fokusnya pada objek bersiluet hitam di depan sana. Dan ia tak pernah tahu, bahwa Yunho hari itu sengaja mengalah untuknya. Pemuda itu bisa berlari jauh lebih cepat, namun hati kecilnya tak akan mengijinkan hal itu terjadi. Dan dengan itu, Yunho telah membiarkan pemuda manis itu menang.  

___End___

No comments:

Post a Comment