Title: Boy x Boy
Author: azureicesky
Casts: Yunho x Jaejoong
Length: Oneshot
Rating: PG-13
Boy 1
Pemuda itu berlarian menyusuri koridor kelas, berlomba
dengan guru piket yang hampir dipastikan akan menghajarnya habis-habisan kalau
sampai tertangkap. Ia pemuda
pemberontak, yang hampir terjebak dalam rutinitas konstan remaja seusianya—berangkat
sekolah, belajar, pulang—kecuali karena ia suka membolos. Dalam dua atau tiga
hari sekali ia akan meninggalkan kelas, lalu berlarian menyusuri koridor sambil
menggendong tas punggungnya. Di ujung koridor sana, sekumpulan siswa-siswa
kelas sebelah akan melempar tawa padanya ketika ia lewat. Mereka akan berseru
dengan nada mengejek.
“Hei, cantik!”.
“Kim Jaejoong,
hati-hati. Nanti pak guru piket bisa jatuh cinta padamu”.
Dan Jaejoong hanya akan melewati mereka sambil mengacungkan
jari tengah. Mereka brengsek, dan Jaejoong tak punya cukup waktu untuk meladeni
bocah-bocah brengsek itu. Yang ia inginkan saat ini hanya bertemu gadis-gadis
sekolah sebelah dan bersenang-senang dengan mereka.
Boy2
Di kelas lain, seorang pemuda berusia 17 tahun menjalani
hari-harinya sebagai siswa tanpa protes. Ia ketua kelas, dan tahu benar
bagaimana mengatur kelas itu untuk menjadi juara teladan setiap tahunnya. Ia
bergelimang kehormatan, serta selalu mendapat tempat teratas dalam penilaian
para guru. Teman-temannya yang beretnis China akan memanggilnya ‘duizhang Yunho’,
yang berarti Pemimpin Yunho.
Boy1
“Berikan uangmu!!”, sekumpulan anak muda tiba-tiba
mengerubunginya ketika ia baru saja pulang dari bersenang-senang dengan ‘boneka-boneka
cantik koleksinya’.
“Jangan main-main denganku!”, ia mencoba memberanikan diri,
dan akhirnya ucapan itu hanya mengundang hujan tinju dan tendangan yang melukai
sekujur tubuhnya. Gerombolan geng itu tidak suka main-main, apalagi dengan anak
ingusan yang tampaknya hanya mengandalkan harta orang tua. Jadi beginilah ia sekarang. Terkapar, dengan
luka sobek di ujung bibir yang perihnya menyala. Hampir pingsan, ketika harapan
akan kedatangan seorang pahlawan akhirnya menolongnya.
Boy2
Dianggap sebagai yang terbaik tak lantas membuatnya merasa
baik. Yunho juga anak remaja biasa, yang terkadang merasa berat akan
tanggungjawabnya. Hari itu, sepulang sekolah, ia memutuskan untuk jalan-jalan
dulu. Kepalanya terasa berat. Ia butuh udara segar sebelum kembali berkutat
dengan tugas-tugasnya di rumah.
Dan di sanalah ia melihat pemuda itu terkapar. Mengenakan
seragam yang sama dengannya. Dikelilingi siswa-siswa nakal tak ubahnya
preman-preman kasar. Yunho pun segera berlari menyelamatkan si pemuda yang
terkapar. Tak banyak yang tahu bahwa pemuda berkacamata itu dulunya pernah
menjadi juara turnamen jiujitsu.
Boy x Boy
“Apa yang sedang kau pikirkan?”.
Jaejoong terus menatap jauh ke depan. “Aku ingin tahu siapa
di antara kita yang akan mencapai gerbang itu lebih dulu”, ucapnya, merujuk
pada gerbang sekolah yang berdiri kokoh di seberang halaman.
Yunho menyeringai. “Kau mau lomba lari denganku?”.
Jaejoong menoleh, menatap Yunho dengan tatapan yang tak
biasa. “Aku mau bertaruh denganmu”. Hatinya berdebar, tak tahu apakah ini cara
yang pantas untuk mengungkapkan perasaannya. Yang ia tahu, ia tak ingin
memendamnya lebih lama lagi.
“Baiklah. Apa taruhanmu?”.
Jaejoong mengambil nafas dalam-dalam. Lidahnya kelu, namun
ia tak bisa berhenti sampai di sini. “Kalau aku menang, kau harus jadi pacarku”,
ia memejamkan mata erat-erat. Ini sebuah pengakuan, dan ia berharap Yunho tak
akan mencacinya karena ini. Setelah berminggu-minggu waktu yang mereka tandai
sebagai persahabatan, Jaejoong dapat memastikan bahwa perasaannya berkembang
lebih dari itu.
Di sisi lain, Yunho tak terkejut akan pengakuan tersirat
Jaejoong. Jauh sebelum hari ini, ia sudah memperhatikan pemuda itu. Ia tak
pernah absen memperhatikan ketika Jaejoong lewat di depan kelasnya, berlarian,
lalu diikuti teriakan caci maki guru piket di belakangnya. Itu lucu. Dan ketika
mereka pada akhirnya punya kesempatan
untuk bertukar kata, perasaannya pun tumbuh menjadi lebih dari yang ia duga.
“Taruhan yang mengerikan, tapi aku setuju. Tapi kalau aku
menang, kau harus jadi ketua OSIS untuk periode selanjutnya”, Yunho terkekeh.
Ia tahu, seorang Jaejoong tak kan mungkin bisa memenuhinya.
“Itu lebih mengerikan”, sahut Jaejoong, lalu mengulurkan
tangannya. “Aku sepakat”.
Mereka segera berjongkok, memposisikan tubuh mereka sebaik
mungkin untuk start lomba lari. Hari sudah semakin senja, dan segala yang ada
di sana kini berwarna oranye kemerahan.
“TIGA... DUA... SATU!!”.
Dua pasang kaki itu berderap sangat cepat, mengalahkan angin
dan waktu, menciptakan kabut debu tebal di belakang sana. Jaejoong mengerahkan
seluruh tenaganya. Ia meminta, memohon agar takdir tak menolak permohonannya.
Ia telah mengorbankan garis normal kehidupannya, dan tak ingin semua itu
berlalu sia-sia hanya karena otot-otot kakinya tak bekerja maksimal. Ia terus
berlari, memaku fokusnya pada objek bersiluet hitam di depan sana. Dan ia tak
pernah tahu, bahwa Yunho hari itu sengaja mengalah untuknya. Pemuda itu bisa
berlari jauh lebih cepat, namun hati kecilnya tak akan mengijinkan hal itu
terjadi. Dan dengan itu, Yunho telah membiarkan pemuda manis itu menang.
___End___
No comments:
Post a Comment