Title : A Time When You’ve
Gone
Author: theazuresnow
Rating : PG-15
Genre : Angst, Romance
Length: Drabble
Cast : Hero Jaejoong
Butir-butir salju itu jatuh, bergulir
indah dari langit. Mereka kini membentuk hamparan putih dimana-mana, di
halaman, di atap rumah, di dahan, dan bahkan di bingkai luar jendela kamarku.
Ketika tadi aku memandang ke luar, warna putih hamparan itu ternyata hampir
menyamai warna putih langit. Begitu bersih. Rasanya seperti tidak ada batas di
antara mereka. Ya, tidak ada batas…
Salju di luar sana sangatlah indah. Mereka berkilauan
karena memantulkan sinar matahari pagi, berkilau-kilau bagai kristal-kristal
kecil yang menyebar. Tapi keindahan itu sama sekali tidak menyentuh hatiku,
tidak membuatku tertarik sama sekali untuk keluar dari kamar, meskipun
sebenarnya aku merasa sangat bosan. Aku takut. Aku takut menghadapi cerahnya
hari serta dinginnya udara. Hatiku terlalu hampa untuk menghadapi hari yang
begitu indah ini.
Jaejoong-ah…
Kau benar. Andai Tuhan memberimu pilihan,
mungkin semua ini tidak akan terjadi. Namun sayangnya, tidak ada pilihan baik
bagimu maupun bagiku, selain hanya mengikuti permainan takdir. Kadang terpikir
olehku, andai saja hari itu tidak ada, pasti sekarang kita masih baik-baik
saja. Andai saja aku tahu alasanmu lebih cepat, pasti aku tidak akan sesedih
ini. Pasti aku bisa lebih mempersiapkan hatiku untuk menerimanya. Ah, rasanya
aku ini terlalu banyak berandai-andai ya, Jaejoong. Kau tahu? Sebenarnya aku
ingin sekali berhenti memikirkan hal ini. Semua ini hanya membuatku merasa
putus asa. Tapi aku benar-benar tidak bisa berhenti untuk memikirkannya.
Setiap malam, ketika semua suara telah
terdiam dan lenyap dari muka bumi, ketika semua orang telah terlelap dalam
mimpi mereka masing-masing, aku selalu terbangun. Aku merasakan rindu yang
sangat dalam kepadamu, rindu yang terlalu dalam menyakiti hatiku. Kadang tanpa
sadar, aku dituntunnya untuk meleponmu, sekedar untuk mendengar suaramu sekali
lagi. Namun setiap kali ponsel sudah dalam genggamanku, tiba-tiba saja aku tertawa
pahit menyadari kebodohanku itu. Hahaha, aku bodoh sekali ya? Meneleponmu? Aku
benar-benar bodoh, bodoh sekali…sampai rasanya ingin menangis.
Jaejoong-ah…
Andai kau tidak pernah berkata seperti
itu, pasti sekarang aku sudah pergi menyusulmu ke sana , kemudian bertemu dan memelukmu erat.
Tapi kata-katamu benar-benar menahanku di sini, di tempat ini. Kadang aku
merasa terjebak, tertinggal sendirian di tempat ini olehmu. Namun aku sadar,
kata-katamu itu benar. Aku punya kehidupan sendiri di sini, dan aku juga punya
tanggung jawab atas sebuah semangat yang masih harus kupegang. Kau tahu? Ini
berat sekali, seperti sebuah beban untuk jiwaku yang lemah.
Jangan tertawakan aku lagi ketika aku
menangis karena tidak kuat menahan perasaanku sendiri. Air mataku hari ini
adalah karena aku benar-benar merindukanmu…
_____End_____
No comments:
Post a Comment